TANAH DIJUAL
↧
↧
RUMAH LIMASAN KAYU JATI LAWAS
Dijual rumah limasan luas rumah 8x5 meter, soko 15 cm, full kayu jati lawas, gebyok jati lawas 8 lembar.
↧
RUMAH LIMASAN KAYU JATI MURAH
↧
SKET GASEBO
↧
RUMAH SIAP HUNI DI MAGELANG
Rumah ini dibangun di sawangan, magelang, jawa tengah
1 unit rumah jawa limasan kayu jati kuno dengan diameter soko 11cm sampai 12cm.
5 unit gebyok jati kuno
1 kamar mandi dengan wc duduk merk TOTO
Dinding kamar mandi batu candi
3 kamar tidur
1 dapur
1 ruang keluarga
1 teras depan
Plafon GRC
Lantai keramik
Dinding batu bata diexpose / batu bata AT
Finishing kayu lengkap
5 unit gebyok jati kuno
1 kamar mandi dengan wc duduk merk TOTO
Dinding kamar mandi batu candi
3 kamar tidur
1 dapur
1 ruang keluarga
1 teras depan
Plafon GRC
Lantai keramik
Dinding batu bata diexpose / batu bata AT
Finishing kayu lengkap
Foto lengkap silahkan kunjungi www.limasanjati.com
↧
↧
RUMAH SIAP HUNI DI BANTUL
Proyek pembangunan rumah jawa siap huni di pendowoharjo, sewon, bantul, yogyakarta
1) Luas rumah 13,5 x 7,30 meter
2) 1 unit rumah jawa limasan kayu jati kuno soko 12cm + 5 unit gebyok jati kuno
3) 1 kamar mandi dengan wc duduk merk TOTO
4) 1 kamar mandi dengan wc jongkok merk TOTO
5) Dinding kamar mandi batu candi
6) 4 kamar tidur
7) Dinding dalam kamar diplaster
8) 1 dapur
9) 1 ruang keluarga
10) 1 teras depan
11) Lantai keramik
12) Dinding batu bata diexpose / batu bata AT
13) Finishing kayu lengkap
1) Luas rumah 13,5 x 7,30 meter
2) 1 unit rumah jawa limasan kayu jati kuno soko 12cm + 5 unit gebyok jati kuno
3) 1 kamar mandi dengan wc duduk merk TOTO
4) 1 kamar mandi dengan wc jongkok merk TOTO
5) Dinding kamar mandi batu candi
6) 4 kamar tidur
7) Dinding dalam kamar diplaster
8) 1 dapur
9) 1 ruang keluarga
10) 1 teras depan
11) Lantai keramik
12) Dinding batu bata diexpose / batu bata AT
13) Finishing kayu lengkap
Foto lengkap silahkan kunjungi www.limasanjati.com
↧
RUMAH JOGLO LANANG
Dijual joglo lanang tebal tiang 15 cm luas 9x6m terbuat dr kayu jati tanpa gebyok. Info rumah dijual lainnya silahkan hubungi kontal kami.
↧
KELEBIHAN RUMAH JAWA
Kelebihan rumah jawa yang terbuat dari kayu
Mengadopsi kayu dalam hunian memang merupakan sebuah keputusan yang sangat cemerlang. Kayu merupakan salah satu material favorit sejak dulu. Kehadiranya kini mampu mengisi ruangan anda hingga terlihat lebih elegan dan terasa lebih sejuk. Back to nature, itulah tema yang bisa anda dapatkan jika mengaplikasikan nuansa kayu dalam rumah anda. Bahkan Sejak dahulu kala, kayu sudah digunakan sebagai bahan baku dalam pembangunan rumah. Selain cara memperolehnya yang lebih mudah, pembangunan konstruksi rumah dari kayu juga terbilang sederhana. Sampai sekarang, pamor kayu ini masih mampu memikat hati para penggemarnya.
Pemakaian kayu senantiasa memberikan kesan yang eksotik pada bagunan modern masa kini, sehingga mampu menciptakan suasana yang lebih santai dan nyaman. Memiliki Rumah kayu di tahun 2015 ini menjadi kebanggaan tersendiri apalagi memiliki rumah kayu dengan desain unik. Rumah unik akan memberikan rasa nyaman dan betah bagi pemiliknya untuk tinggal di rumah.
Memilih nuansa kayu dalam rumah mampu menghadirkan suasana nyaman dan romantis dengan kesan natural. Rumah kayu yang kembali tren pada saat ini bisa dihadirkan di berbagai lokasi, yaitu di pegunungan untuk lebih menyatu dengan suasana alam tropis, di pesisir pantai untuk mendapatkan view perairan luas yang indah atau di pinggiran sawah tergantung dimana sang pemilik akan menentukan lokasi pembangunan hunian tersebut.
Rumah dengan menggunakan material kayu dan bambu bisa dibongkar pasang sesuai selera anda, selain awet juga tahan gempa. Kelebihan rumah kayu, yang antara lain bisa dipindah-pindah lantaran pembuatannya menggunakan sistem bongkar pasang (knock down) juga merupakan salah satu hal yang menarik perhatian bagi para peminat rumah kayu ini.
Rumah kayu menjadi salah satu alternatif gaya arsitektur rumah tinggal yang banyak diminati pada saat ini. Beberapa kelebihan memilih nuansa kayu di dalam hunian anda antara lain:
- Ketahanan kayu sudah dibuktikan oleh rumah-rumah peninggalan nenek moyang kita, di mana rumah tersebut mampu berdiri kokoh dari satu generasi ke generasi berikutnya. Begitupun jika terjadi kerusakan, maka perbaikan dan penggantian kayu bisa dikerjakan dengan mudah.
- Faktor yang paling mempengaruhi seseorang menggunakan kayu sebagai bahan utama rumah adalah harga. Harga suatu kayu relatif lebih murah jika dibandingkan dengan harga material yang dibutuhkan untuk membangun rumah tembok. Selain itu, penggunaan bahan kayu juga akan menekan biaya saat ingin merenovasi rumah.
- Kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang bisa didaur ulang. Kayu yang sudah rusak dapat dijadikan aneka kerajinan tangan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Berbeda dengan reruntuhan tembok yang hanya bisa dimanfaatkan kembali untuk menguruk tanah.
- Kayu bisa dibentuk menjadi rumah dengan desain apapun, baik itu tradisional maupun modern. Hal ini karena kelebihan kayu yang bisa dibuat menyesuaikan konsep sekitarnya. Tidak hanya itu, kayu juga dapat digunakan untuk membuat lantai, dinding, furnitur, dan bagian rumah lainnya.
- Sifat kayu yang elastis membuat rumah dengan bahan ini mampu bertahan lebih lama jika terjadi gempa. Pun ketika kayu-kayu ini berjatuhan, maka efeknya tidak separah saat kita tertimpa dinding tembok.
- Rumah kayu memiliki berbagai kelebihan. Bahan kayunya mampu bertindak sebagai penahan panas, sehingga sangat sesuai dibangun di daerah tropis. Ketebalan kayu yang lebih tipis dibandingkan dengan tembok, membuat suhu ruangan terasa lebih sejuk. Hal ini tentu akan mengurangi pemakaian kipas angin dan AC.
- Rumah dengan bahan ini juga memiliki kesan yang menyatu dengan alam. Desain rumah kayu yang memiliki nilai artistik tinggi akan melambungkan harga jual kembali sehingga bisa digunakan sebagai sarana investasi.
- Karena prosesnya yang terbilang sederhana, pembangunan rumah berbahan kayu akan memakan waktu yang lebih cepat. Berbeda dengan pendirian rumah full tembok yang harus melalui serangkaian proses pengerjaan dari pondasi, pengayakan pasir, pembuatan adonan semen, penyusunan batu bata, pengacian, pengecoran, dan seterusnya.
- Rumah kayu yang didirikan dan dikombinasi dengan dinding batu bata ekspos membuatnya tampil beda. Apalagi jika bentuk bangunannya dibuat unik sehingga mampu menambah daya tarik rumah tersebut.
- Tren green house yang berkembang saat ini kembali mengangkat nilai kayu. Kayu bisa menjadi suatu material bangunan yang bernilai mahal jika diolah dengan benar.
- Apabila rumah kayu dan rumah tembok dibangun dengan anggaran biaya yang sama, maka harga jual rumah kayu akan lebih tinggi. Kenapa? Karena bahan material yang digunakan untuk rumah kayu bisa dipilih yang terbaik dan fasilitas yang menyertainya pun lebih komplit.
↧
RUMAH JOGLO DIJUAL
Joglo kayu nangka soko 14 cm luas 10x8 meter. Info rumah dijual lainnya silahkan kunjungi www.limasanjati.com
↧
↧
JUAL RUMAH LIMASAN JATI
Dijual limasan full kayu jati tebal soko guru 14 cm, luas 11x7 meter tinggi 3 meter, Cocok untuk pendopo, rumah makan, butik dll
Info lengkap rumah dijual lainnya silahkan kunjungi www.limasanjati.com
Info lengkap rumah dijual lainnya silahkan kunjungi www.limasanjati.com
↧
JUAL RUMAH LIMASAN KAYU JATI LAWAS
Rumah limasan jati lawas Ukuran soko 14 cm luas 11 x 7meter. Info rumah dijual lainnya silahkan hubungi kontak kami.
↧
RUMAH LIMASAN MINIMALIS
↧
TENTANG KAMI
↧
↧
Tanah dijual di jalan imogiri timur, bantul, yogyakarta
↧
Tanah kapling murah view sawah
Kavling A luas 165 meter, dua muka 11x15 meter harga 255 juta.
Kavling B luas 165 meter muka 11 meter harga 245 juta
Kavling C luas 165 meter muka 11 meter harga 250 juta.
Jalan fasum selebar 5 meter,
View sawah luas,
Suasana asri khas pedesaan,
Air melimpah,
Dekat desa wisata kebon agung,
Wisata goa cerme,
Kebun buah mangunan,
Hutan pinus,
Makam raja2,
Makam seniman dll.
Harga sudah termasuk pajak dan biaya balik nama atas nama pembeli.
Kavling B luas 165 meter muka 11 meter harga 245 juta
Kavling C luas 165 meter muka 11 meter harga 250 juta.
Jalan fasum selebar 5 meter,
View sawah luas,
Suasana asri khas pedesaan,
Air melimpah,
Dekat desa wisata kebon agung,
Wisata goa cerme,
Kebun buah mangunan,
Hutan pinus,
Makam raja2,
Makam seniman dll.
Harga sudah termasuk pajak dan biaya balik nama atas nama pembeli.
View sawah luas |
↧
Jendela kaca ala rumah jawa jogja
Rumah jawa yang dipasang apa adanya tanpa dimodifikasi akan nampak gelap namun dengan sentuhan kreatifas sedikit saja kesan gelap pun akan hilang dan nampak terang benderang. Beberapa ide kreatif yang diterapkan oleh tim kreatif Rumah Jawa Jogja untuk mengatasi ruangan yang gelap ialah dengan memasang pintu gebyok yang dimodifikasi menjadi jendela kaca dan merubah bagian-bagian tertentu supaya pas dengan space dinding tempat jendela akan dipasang. Selain itu bisa juga dengan memasang banyak genteng kaca supaya cahaya bisa masuk kedalam ruangan.
Untuk mendapatkan gebyok jati lawas yang bisa dijadikan jendela untuk pemanis rumah limasan Anda, Anda bisa menghubungi penjual rumah limasan yang juga menyediakan berbagai jenis dan model gebyok lawasan.
beberapa contoh rumah yang menggunakan jenis jendela model seperti foto diatas bisa anda lihat di artikel yang berjudul Model rumah limasan type 72 m2
↧
RUMAH JAWA LAMBANG KEAGUNGAN TUHAN
RUMAH JAWA LAMBANG KEAGUNGAN TUHAN
Diakui maupun tidak diakui kalau kita mau jujur dengan diri sendiri tinggal di rumah jawa pasti akan merasakan sensasi yang berbeda, hati lebih merasa sejuk adem ayem tentram dan damai, sehingga membuat kita betah berlama2 duduk didalamnya, bahkan Anda bisa merasakan ekstase yang luar biasa ketika Anda sangat khusyuk saat menikmatinya. Ketika mata kita setiap hari disuguhi dengan pandangan-pandangan rumah selain rumah jawa yang bernuansa formal, tegas, kotak-kotak, penuh garis-garis tegas dan warna-warna yang terang, otomatis bawah sadar kita juga akan menjadi tegang dan kaku sehingga tanpa disadari akan menjadi pribadi yang keras tegas kaku dan berperilaku tidak luwes.
Diakui maupun tidak diakui kalau kita mau jujur dengan diri sendiri tinggal di rumah jawa pasti akan merasakan sensasi yang berbeda, hati lebih merasa sejuk adem ayem tentram dan damai, sehingga membuat kita betah berlama2 duduk didalamnya, bahkan Anda bisa merasakan ekstase yang luar biasa ketika Anda sangat khusyuk saat menikmatinya. Ketika mata kita setiap hari disuguhi dengan pandangan-pandangan rumah selain rumah jawa yang bernuansa formal, tegas, kotak-kotak, penuh garis-garis tegas dan warna-warna yang terang, otomatis bawah sadar kita juga akan menjadi tegang dan kaku sehingga tanpa disadari akan menjadi pribadi yang keras tegas kaku dan berperilaku tidak luwes.
Sungguh sesuatu yang sangat berbeda ketika kita masuk kedalam rumah jawa, kesan pertama adalah alami, apa adanya, kalem, luwes sejuk dan adem ayem. Kita pun akan tersugesti menjadi pribadi yang apa adanya, anggun, santun, grapyak, semanak, luwes dan tidak kaku. Mungkin dari situlah awal terbentuknya kepribadian orang jawa yang terkenal sampai mancanegara dengan sikap kesantunan dan juga keluwesannya.
Marilah kita menghargai warisan nenek moyang kita dengan melestarikan peninggalan karya-karya terbaik mereka yang sarat dengan makna dan penuh nilai-nilai keluhuran. Karena meskipun rumah jawa bergaris-garis namun garis-garis itu adalah garis alami yang diciptakan Tuhan berupa serat kayu. Bukan dibuat-buat oleh manusia. Garis-garis, serat kasar yang nampak pada kayu, lobang pada kayu, bengkoknya kayu, lurusnya kayu, noda getah pada kayu dan sebagainya justru pada rumah jawa menjadi keistimewaan tersendiri dan justru ditampilkan apa adanya sebagai pengagungan kita terhadap ciptaaan Yang Maha Kuasa. Bukannya malah dihilangkan atau ditutup-tutupi. Sehingga setiap kita memandangi rumah kita yang terlihat hanyalah betapa indah dan agungnya ciptaan Tuhan. Sungguh tidak ada manusia manapun yang bisa meniru sebaik dan sesempurna ciptaan-Nya bahkan hanya sekedar meniru cantiknya serat kayu sekalipun. Ketika kita didalam rumah kita bisa mengagumi keindahan dan keagungan ciptaan-Nya dan selalu ingat kepada-Nya maka disaat itulah "Rumahku adalah Syurgaku".
Marilah kita menghargai warisan nenek moyang kita dengan melestarikan peninggalan karya-karya terbaik mereka yang sarat dengan makna dan penuh nilai-nilai keluhuran. Karena meskipun rumah jawa bergaris-garis namun garis-garis itu adalah garis alami yang diciptakan Tuhan berupa serat kayu. Bukan dibuat-buat oleh manusia. Garis-garis, serat kasar yang nampak pada kayu, lobang pada kayu, bengkoknya kayu, lurusnya kayu, noda getah pada kayu dan sebagainya justru pada rumah jawa menjadi keistimewaan tersendiri dan justru ditampilkan apa adanya sebagai pengagungan kita terhadap ciptaaan Yang Maha Kuasa. Bukannya malah dihilangkan atau ditutup-tutupi. Sehingga setiap kita memandangi rumah kita yang terlihat hanyalah betapa indah dan agungnya ciptaan Tuhan. Sungguh tidak ada manusia manapun yang bisa meniru sebaik dan sesempurna ciptaan-Nya bahkan hanya sekedar meniru cantiknya serat kayu sekalipun. Ketika kita didalam rumah kita bisa mengagumi keindahan dan keagungan ciptaan-Nya dan selalu ingat kepada-Nya maka disaat itulah "Rumahku adalah Syurgaku".
↧
↧
Penjelasan mengenai pembagian ruang rumah adat jawa tengah
Penjelasan di bawah ini akan menguraikan secara rinci mengenai rumah adat Jawa Tengah yang terkenal dengan rumah joglo disertai dengan penjelasan mengenai rumah adat Jawa Tengah lainnya.
Mendengar kalimat rumah adat Jawa Tengah, yang terlintas pertama kali pastilah rumah joglo. Hal ini dikarenakan rumah joglo sudah menjadi identitas ataupun ciri khas dari rumah adat Jawa Tengah bahkan hingga Jawa Timur dan Yogyakarta. Akan tetapi, selain rumah Joglo terdapat pula rumah adat lainnya yang terdapat di Jawa Tengah yang bentuknya tidak kalah menarik dan bersejarah. Sejarah jawa menyatakan bahwa rumah adat dari Jawa Tengah diklasifikan menjadi lima kategori, yaitu Joglo (Tikelan), Tajug (Tarub), Limasan, Kampung dan Panggang Pe. Perbedaan dari kelima rumah adat ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tidak hanya di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta pun memiliki rumah joglo dengan cirri khas daerahnya masing-masing. Ciri khas rumah joglo secara umum yaitu memiliki pekarangan yang luas dan lapang tanpa dibatasi oleh sekat, bangunannya berbentuk persegi panjang, memiliki tiga pintu depan dan terdapat tiang yang disebut Soko Guru atau Saka Guru. Denah utama rumah Joglo terdiri dari tiga bagian utama yaitu, Pendhapa atau Pendopo, Pringgitan dan Omah Dalem atau Omah Njero dan bagian tambahan lainnya. Berikut ini skema sederhana rumah Joglo.
Ruang depan yang terbuka menggambarkan falsafah penduduk Jawa yang memiliki sifat ramah, terbuka dan membebaskan siapa saja tamu yang hendak datang. Sebagai pengganti meja dan kursi, lantai teras dilapisi tikar agar suasana dapat lebih santai dan lebih akrab sehingga tidak terdapat perbedaan status antara penghuni kediaman dan tamu. Uniknya, walaupun letaknya di bagian depan, jalur utama untuk memasuki rumah bukanlah dari pendopo akan tetapi melewati pintu samping.
Penggunaan Pringgitan sebagai ruang interaksi dan pagelaran seni menggambarkan falsafah orang Jawa sebagai mahluk social, mahluk budaya dan mahluk Tuhan, karena ruangan ini dahulu juga dimanfaatkan untuk upacara atau ruwetan kepada para dewa, namun dengan berkembangnya agama islam ruangan ini digunakan sebagai tempat ibadah.
Senthong tengah ini sengaja tidak ditiduri atau sengaja dikosongkan oleh sang pemilik rumah. Dahulu isi ruangan dan kelengkapan prasarana untuk upacara atau ritual di dalam senthong tengah disesuaikan dengan status ekonomi pemiliknya. Untuk masyarakat dengan status ekonomi rendah seperti petani, senthong tengah hanya diisi dengan sebuah meja sesaji. Untuk masyarakat keturunan bangsawan dan priyayi, selain meja sesaji, ruangan juga diisi tempat tidur berukuran kecil, lengkap dengan kasur, bantal, guling, dan sprei. Sedangkan pada bangsawan dengan status sosial yang sangat tinggi, ruang senthong tengah yang mereka miliki berukuran besar, tempat tidur yang ditaruh mengenakan kelambu, dan diletakkan sepasang arca pengantin di depan kasurnya.
Salah satu ciri khas senthong tengah adalah kondisi ruangan yang sangat gelap sekali tanpa ada cahaya yang masuk. Hal ini terjadi karena posisinya yang berada ditengah dan tidak terdapat jendela. Pemilik rumah berdoa dengan keadaan gelap gulita dimana kondisi ini disebut pati geni yang berarti tidak melihat cahaya atau berada diruang hampa cahaya.
Senthong Tengen merupakan kamar yang berada di bagian kanan omah ndalem, sesuai dengan namanya “Tengen” yang berarti kanan dalam bahasa Jawa. Umumnya kamar ini dimanfaatkan sebagai ruang tidur khusus pemilik rumah sehingga sifatnya sangat pribadi dan tertutup untuk dimasuki orang luar. Akan tetapi kamar ini lebih multifungsi bila dibandingkan dengan Senthong Kiwo karena untuk penduduk menengah ke atas pada jaman dahulu, ruangan ini dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan barang-barang yang digunakan dalam acara resmi (pakaian adat, perhiasan), keperluan upacara (dupa, kemenyan), dan barang pusaka (keris, tombak) yang tersimpan di dalam lemari. Namun bagi masyarakat menengah kebawah biasanya senthong tengen hanya digunakan sebagai kamar tidur orang tua.
Gandhok merupakan ruangan yang terletak di bagian kanan dan kiri Pringgitan dan Omah Ndalem, bentuknya bangunannya memanjang dan posisinya berpisah dari bangunan utama dengan halaman terbuka sebagai pemisah. Umumnya Gandhok dimanfaatkan sebagai ruang tidur bagi keluarga, saudara dan tempat tamu menginap. Gandhok terdiri atas dua bagian yaitu Gandhok Kiwo dan Gandhok Tengen. Gandhok Kiwo berada di bagian kiri bangunan Omah Ndalem dan digunakan sebagai ruang tidur para laki-laki.
Gandhok Tengen berada di bagian kanan bangunan Omah Ndalem dan digunakan sebagai ruang tidur para perempuan. Walaupun umumnya digunakan sebagai ruang tidur, adakalanya Gandhok juga digunakan sebagai tempat menyimpan bahan makanan.
Pawon atau dapur berada di bagian belakang Omah Ndalem yang dipisahkan dengan halaman terbuka seperti halnya Gandhok. Posisi dapur dipisahkan dari bangunan inti karena bangunan inti dianggap sangat suci dan sacral sehingga tidak baik bila berdekatan dengan dapur yang kotor. Dahulu proses memasak masih memakai kayu sebagai sumber bahan bakar sehingga dapur identik dengan banyaknya abu yang terbentuk dari hasil pembakaran. Oleh karena itu kata pawon berasal dari kata dasarnya yaitu awu atau abu.
Pekiwan dimanfaatkan sebagai kamar mandi dan toilet bagi para penghuni rumah. Di dalam pekiwan ini terdapat sumur sebagai sumber air yang digunakan untuk mandi, mencuci dan memasak. Uniknya posisinya jauh terpisah dari bangunan inti yaitu berada di bagian belakang dapur. Seperti halnya dapur, Pekiwan dianggap sebagai tempat yang kotor dan bau sehingga posisinya tidak boleh berdekatan dengan bangunan inti.
Seketheng merupakan dinding pembatas yang terbuat dari batu bata dan memiliki dua buah gerbang kecil. Seketheng digunakan sebagai penghubung halaman luar rumah dengan halaman dalam rumah.Umumnya rumah Joglo dibangun menggunakan kayu jati berkualitas tinggi sehingga awet tetapi juga mahal. Oleh karena itu dahulu rumah Joglo hanya mampu dibangun untuk masyarakat kalangan atas. Struktur utama rumah Joglo berupa struktur Rongrongan yang terbentuk dari beberapa bagian seperti gambar berikut:
Meskipun strukturnya dibangun dari beberapa bagian namun rumah Joglo lebih dikenal dengan tiang soko guru dan tumpang sarinya. Tiang Soko Guru atau Sakaning Guru merupakan empat buah tiang penopang atap yang berada dibagian tengah pendhapa dan lebih tinggi dari tiang-tiang lainnya. Selain fungsinya sebagai penopang atap dan penyangga tegaknya rumah, masing-masing tiang ini juga menjadi simbol empat arah mata angin yang mewakili empat esensi kesempurnaan hidup dan esensi dari sifat manusia. Tiang soko guru ini terletak dibagian pendopo terdiri bersama dengan tiang pangarak atau tiang samping yang menopang bagian lain pendopo.
Walaupun berfungsi sebagai penopang atap, tiang-tiang soko guru ini tidak langsung bersentuhan dengan atap, akan tetapi menempel pada suatu undakan - undakan atau balok-balok yang bersusun dan memiliki pola piramida terbalik atau brunjung, yaitu semakin ke bawah semakin mengecil atau yang biasa dikenal dengan tumpang sari. Selain bentuk brunjung atau piramida terbalik, sekarang ini banyak juga tumpang sari yang berbentuk menyerupai piramida dimana susunan balok semakin ke atas semakin mengerucut. Tumpang sari ini berfungsi untuk menopang bagian langit-langit Joglo (pamindhangan).
sumber: http://www.rumah-adat.com/2017/01/rumah-adat-jawa-tengah.html
Sesuai dengan namanya, Provinsi Jawa Tengah berada di bagian tengah Pulau Jawa dengan Semarang sebagai Ibukotanya. Provinsi Jawa Tengah berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta, lalu disebelah timur berbatasan dengan Jawa Timur, dan di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Selain itu Provinsi Jawa Tengah juga mencakup Pulau Nusakambangan di sebelah selatan dan juga Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.
Mendengar kalimat rumah adat Jawa Tengah, yang terlintas pertama kali pastilah rumah joglo. Hal ini dikarenakan rumah joglo sudah menjadi identitas ataupun ciri khas dari rumah adat Jawa Tengah bahkan hingga Jawa Timur dan Yogyakarta. Akan tetapi, selain rumah Joglo terdapat pula rumah adat lainnya yang terdapat di Jawa Tengah yang bentuknya tidak kalah menarik dan bersejarah. Sejarah jawa menyatakan bahwa rumah adat dari Jawa Tengah diklasifikan menjadi lima kategori, yaitu Joglo (Tikelan), Tajug (Tarub), Limasan, Kampung dan Panggang Pe. Perbedaan dari kelima rumah adat ini dapat dilihat pada tabel berikut.
No | Kategori Rumah Adat Jawa Tengah | Soko Guru | Atap | Bubungan | Bentuk atap tampak samping |
1 | Joglo atau Tikelan | Ada | 4 belah sisi | Ada | |
2 | Tajug atau Tarub | Ada | 4 belah sisi | Tidak ada (meruncing) | |
3 | Limasan | Tidak Ada | 4 belah sisi | Ada | |
4 | Kampung | Tidak Ada | 2 belah sisi | Ada | |
5 | Panggang Pe | Tidak Ada | 1 belah sisi | Tidak ada |
*geser tabel
1. Rumah Joglo
Rumah joglo merupakan rumah adat Jawa Tengah yang dibangun berlandaskan keyakinan atau filosofi jawa. Penyebutan rumah joglo terjadi akibat bentuk atap rumah joglo yang menyerupai dua gunung atau taJUG LOro (JUGLO) dan berkembang penyebutannya menjadi Joglo. Penggunaan gunung diyakini oleh masyarakat Jawa saat itu sebagai tempat suci atau rumah para dewa.
Tidak hanya di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta pun memiliki rumah joglo dengan cirri khas daerahnya masing-masing. Ciri khas rumah joglo secara umum yaitu memiliki pekarangan yang luas dan lapang tanpa dibatasi oleh sekat, bangunannya berbentuk persegi panjang, memiliki tiga pintu depan dan terdapat tiang yang disebut Soko Guru atau Saka Guru. Denah utama rumah Joglo terdiri dari tiga bagian utama yaitu, Pendhapa atau Pendopo, Pringgitan dan Omah Dalem atau Omah Njero dan bagian tambahan lainnya. Berikut ini skema sederhana rumah Joglo.
1.1 Pendhapa atau Pendopo
Pendhapa atau pendopo merupakan bagian depan rumah yang terbuka, tidak berdinding, berpagar ataupun bersekat dan tempat tiang Soko Guru berada. Kata dasar Pendhapa yaitu Andhap yang berarti rendah, karena posisinya yang lebih rendah dari Omah Ndalem. Umumnya ruangan ini dimanfaatkan penghuninya sebagai tempat pertemuan, menerima tamu, kerabat dan saudara. Kadang kala tempat ini juga dimanfaatkan sebagai tempat latihan menari dan kegiatan lainnya.Ruang depan yang terbuka menggambarkan falsafah penduduk Jawa yang memiliki sifat ramah, terbuka dan membebaskan siapa saja tamu yang hendak datang. Sebagai pengganti meja dan kursi, lantai teras dilapisi tikar agar suasana dapat lebih santai dan lebih akrab sehingga tidak terdapat perbedaan status antara penghuni kediaman dan tamu. Uniknya, walaupun letaknya di bagian depan, jalur utama untuk memasuki rumah bukanlah dari pendopo akan tetapi melewati pintu samping.
1.2. Pringgitan
Pringgitan merupakan suatu ruangan yang mengkoneksikan pendopo dengan omah njero atau omah dalem. Pringgitan merupakan sebuah ruangan semi privat yang biasanya digunakan sebagai ruang tamu untuk menerima tamu atau saudara yang lebih dekat hubungan kekerabatannya. Umumnya antara Pendhapa dengan pringgitan tidak dibatasi oleh sekat sehingga kita dapat melihat pendhapa secara keseluruhan, namun sekarang ini banyak juga pringgitan yang diberi sekat atau sketsel dengan pendhapa, sedangkan sekat dengan omah ndalem menggunakan gebyok. Masyarakat Jawa dahulu biasa menggunakan Pringgitan untuk menghelat pagelaran wayang kulit dan para penonton menyaksikan dari pendhapa. Oleh karena itu ruangan ini disebut Pringgitan yang memiliki kata dasar Ringgit yang berarti wayang.Penggunaan Pringgitan sebagai ruang interaksi dan pagelaran seni menggambarkan falsafah orang Jawa sebagai mahluk social, mahluk budaya dan mahluk Tuhan, karena ruangan ini dahulu juga dimanfaatkan untuk upacara atau ruwetan kepada para dewa, namun dengan berkembangnya agama islam ruangan ini digunakan sebagai tempat ibadah.
1.3. Omah Ndalem atau Omah Njero
Omah Ndalem atau Omah Njero kadang disebut juga sebagai omah-mburi dan dalem ageng. Ruangan ini adalah bangunan inti dari rumah joglo dan merupakan ruangan khusus para penghuni rumah untuk bercengkrama dan bersantai antar sesama keluarga. Omah Ndalem terdiri dari ruang keluarga dan beberapa kamar yang disebut dengan senthong. Masyarakat dulu hanya membangun senthong sebanyak tiga senthong, yaitu senthong Kiwo, senthong tengah dan senthong tengen. Namun masyarakat sekarang ini membuat senthong disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga.1.4. Senthong Kiwo
Senthong Kiwo merupakan kamar yang berada di bagian kiri omah ndalem, sesuai dengan namanya “Kiwo” yang berarti kiri dalam bahasa Jawa. Karena posisinya yang lebih dekat dengan dapur Senthong Kiwo umumnya digunakan untuk menaruh bahan pokok rumah tangga seperti beras dan bumbu dapur, hasil tani dan lainnya. Selain itu ruangan ini juga dimanfaatkan juga untuk menyimpan senjata dan perlengkapan pertanian.1.5.Senthong Tengah
Senthong Tengah merupakan kamar yang berada di bagian tengah, posisinya paling dalam dan merupakan bagian paling disucikan dan disakralkan oleh pemilik rumah Joglo. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut ruangan ini sesuai dengan fungsinya, diantaranya krobongan, pasren, pedaringan, sepen dan Sri.a. Krobongan
Krobongan berarti tempat pembakaran (berasal dari kata “Obong” atau bakar). Istilah tersebut diberikan karena senthong tengah biasa digunakan sebagai ruangan untuk membakar kemenyan ketika si pemilik rumah melakukan upacara pitra yadnya (pemujaan kepada leluhur).b. Pasren
Pasren/pepasren/sesaji terbentuk dari kata pa-sri-an yang memiliki arti sebagai tempatnya Dewi Sri, yaitu dewi penguasa tanaman padi. Saat datangnya musim panen, para petani membungkus seuntai padi yang pertama kali dipotong menggunakan kain batik kemudian diletakkan di senthong tengah sebagai persembahan kepada Dewi Sri. Oleh karena itu pasren disebut sebagai tempat untuk Dewi Sri.c. Pedaringan
Pedaringan memiliki arti tempat padi (berasal dari kata “Daring” yang berarti gabah kering). Istilah itu disematkan karena padi identik dengan Dewi Sri. Istilah berikutnya yaitud. Sepen
Sepen atau tempat untuk menyepi, karena ruangan ini sering digunakan oleh penghuninya untuk berdoa, bermeditasi dan sembahyang.e. Sri
Istilah yang terakhir yaitu Sri sesuai dengan nama Dewi Sri sebagai tempat Dewi Sri bertandang. Keberadaan Dewi Sri diwujudkan dengan dibuatnya patung Loro Blonyo sebagai symbol dewi kemakmuran.Salah satu ciri khas senthong tengah adalah kondisi ruangan yang sangat gelap sekali tanpa ada cahaya yang masuk. Hal ini terjadi karena posisinya yang berada ditengah dan tidak terdapat jendela. Pemilik rumah berdoa dengan keadaan gelap gulita dimana kondisi ini disebut pati geni yang berarti tidak melihat cahaya atau berada diruang hampa cahaya.
1.6.Senthong Tengen
Senthong Tengen merupakan kamar yang berada di bagian kanan omah ndalem, sesuai dengan namanya “Tengen” yang berarti kanan dalam bahasa Jawa. Umumnya kamar ini dimanfaatkan sebagai ruang tidur khusus pemilik rumah sehingga sifatnya sangat pribadi dan tertutup untuk dimasuki orang luar. Akan tetapi kamar ini lebih multifungsi bila dibandingkan dengan Senthong Kiwo karena untuk penduduk menengah ke atas pada jaman dahulu, ruangan ini dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan barang-barang yang digunakan dalam acara resmi (pakaian adat, perhiasan), keperluan upacara (dupa, kemenyan), dan barang pusaka (keris, tombak) yang tersimpan di dalam lemari. Namun bagi masyarakat menengah kebawah biasanya senthong tengen hanya digunakan sebagai kamar tidur orang tua.
1.7.Gandhok Kiwo
Gandhok merupakan ruangan yang terletak di bagian kanan dan kiri Pringgitan dan Omah Ndalem, bentuknya bangunannya memanjang dan posisinya berpisah dari bangunan utama dengan halaman terbuka sebagai pemisah. Umumnya Gandhok dimanfaatkan sebagai ruang tidur bagi keluarga, saudara dan tempat tamu menginap. Gandhok terdiri atas dua bagian yaitu Gandhok Kiwo dan Gandhok Tengen. Gandhok Kiwo berada di bagian kiri bangunan Omah Ndalem dan digunakan sebagai ruang tidur para laki-laki.
1.8.Gandhok Tengen
Gandhok Tengen berada di bagian kanan bangunan Omah Ndalem dan digunakan sebagai ruang tidur para perempuan. Walaupun umumnya digunakan sebagai ruang tidur, adakalanya Gandhok juga digunakan sebagai tempat menyimpan bahan makanan.
1.9.Pawon
Pawon atau dapur berada di bagian belakang Omah Ndalem yang dipisahkan dengan halaman terbuka seperti halnya Gandhok. Posisi dapur dipisahkan dari bangunan inti karena bangunan inti dianggap sangat suci dan sacral sehingga tidak baik bila berdekatan dengan dapur yang kotor. Dahulu proses memasak masih memakai kayu sebagai sumber bahan bakar sehingga dapur identik dengan banyaknya abu yang terbentuk dari hasil pembakaran. Oleh karena itu kata pawon berasal dari kata dasarnya yaitu awu atau abu.
1.10.Pekiwan
Pekiwan dimanfaatkan sebagai kamar mandi dan toilet bagi para penghuni rumah. Di dalam pekiwan ini terdapat sumur sebagai sumber air yang digunakan untuk mandi, mencuci dan memasak. Uniknya posisinya jauh terpisah dari bangunan inti yaitu berada di bagian belakang dapur. Seperti halnya dapur, Pekiwan dianggap sebagai tempat yang kotor dan bau sehingga posisinya tidak boleh berdekatan dengan bangunan inti.
1.11.Seketheng
Seketheng merupakan dinding pembatas yang terbuat dari batu bata dan memiliki dua buah gerbang kecil. Seketheng digunakan sebagai penghubung halaman luar rumah dengan halaman dalam rumah.
Meskipun strukturnya dibangun dari beberapa bagian namun rumah Joglo lebih dikenal dengan tiang soko guru dan tumpang sarinya. Tiang Soko Guru atau Sakaning Guru merupakan empat buah tiang penopang atap yang berada dibagian tengah pendhapa dan lebih tinggi dari tiang-tiang lainnya. Selain fungsinya sebagai penopang atap dan penyangga tegaknya rumah, masing-masing tiang ini juga menjadi simbol empat arah mata angin yang mewakili empat esensi kesempurnaan hidup dan esensi dari sifat manusia. Tiang soko guru ini terletak dibagian pendopo terdiri bersama dengan tiang pangarak atau tiang samping yang menopang bagian lain pendopo.
Walaupun berfungsi sebagai penopang atap, tiang-tiang soko guru ini tidak langsung bersentuhan dengan atap, akan tetapi menempel pada suatu undakan - undakan atau balok-balok yang bersusun dan memiliki pola piramida terbalik atau brunjung, yaitu semakin ke bawah semakin mengecil atau yang biasa dikenal dengan tumpang sari. Selain bentuk brunjung atau piramida terbalik, sekarang ini banyak juga tumpang sari yang berbentuk menyerupai piramida dimana susunan balok semakin ke atas semakin mengerucut. Tumpang sari ini berfungsi untuk menopang bagian langit-langit Joglo (pamindhangan).
Selain tiang soko guru dan tumpang sari, tentu saja atap rumah joglo menjadi cirri khas utama rumah joglo. Penyebutan Joglo berdasarkan bentuk atapnya yang berbentuk gunung dan dinamakan Tajug, namun kemudian berkembang menjadi atap Joglo/Juglo yaitu singkatan dari Tajug Loro atau dua tajug yang digabungkan menjadi satu.
Atap rumah Joglo terdiri atas dua bagian, yaitu rangka atap dan penutup atap. Bahan yang umumnya digunakan untuk rangka atap Joglo yaitu kayu, baik kayu polos maupun yang dipenuhi ukiran, yang disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masing-masing penghuni. Sedangkan bahan penutup atap biasanya menggunakan genteng tanah liat dan atap sirap.
Genteng tanah liat dihasilkan dari tanah liat yang ditekan kemudian dibakar. Kekurangan dari genteng ini adalah terjadinya perubahan warna dan munculnya jamur bila semakin lama digunakan. Sedangkan atap sirap terbuat dari kepingan tipis kayu ulin. Kelebihan penutup atap ini yaitu ringan, kuat, memantulkan panas sehingga membuat ruangan dibawah lebih sejuk dan membuat tampilan atap lebih cantik. Selain itu atap sirai mampu bertahan sampai 25 tahun bahkan bisa selamanya bergantung dari lingkungan, kualitas kayu yang digunakan, dan besarnya sudut atap.
Bentuk atap rumah Joglo terdiri dari beberapa macam, seperti gambar berikut.
Joglo Pengrawit | Joglo Hageng | Joglo Jompongan | Joglo Lambang Sari |
Joglo Ceblokan | Joglo Mangkurat | Joglo Kepuhan Apitan | Joglo Kepuhan Lawakan |
Joglo Kepuhan Limalasan | Joglo Semar Tinandu | Joglo Sinom Apitan | Joglo Wantah Apitan |
*geser tabel
Joglo Pati | Joglo Kudus |
Joglo Jepara | Joglo Rembang |
sumber: http://www.rumah-adat.com/2017/01/rumah-adat-jawa-tengah.html
↧
Gambar jenis rumah joglo dan penjelasannya
1. Joglo Lambangsari (atap menerus)
Joglo Lambangsari merupakan joglo dengan sistem konstruksi atap menerus. Bentuk ini paling banyak dipakai pada bangunan tradisional jawa.
Joglo Semar Tinandu, yaitu jenis rumah Joglo yang memiliki simbol seperti semar diusung atau semar dipikul. Bentuk ini diilhami dari bentuk tandu. Joglo ini biasanya digunakan untuk regol atau gerbang kerajaan.
3. Joglo Kepuhan Lawakan (atap kepuh)
4. Joglo Kepuhan Limolasan (atap kepuh/tutup)
5. Joglo Kepuhan Apitan (atap kepuh dua)
6. Joglo Pengrawit (atap joglo ukuran kecil/mungil)
7. Joglo Sinom Apitan
8. Joglo Ceblokan
9. Joglo Jompongan
10. Joglo Wantah Apitan
11. Joglo Hageng
12. Joglo Mangkurat
Kumpulan Bentuk Joglo Atap Rumah Jawa
Kumpulan Bentuk Joglo Atap Rumah Jawa
Sumber: http://ideruang.blogspot.co.id/2014/09/arsitektur-rumah-jawa-2-12-jenis-dan.html
↧
TENTANG KAMI
↧
More Pages to Explore .....